Menonton televisi sudah menjadi kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian, termasuk pada anak-anak dan remaja. Banyaknya acara televisi yang menarik dan disukai anak membuat durasi anak-anak dan remaja menonton televisi setiap hari cenderung tinggi. Hal ini penting dibatasi karena kebiasaan menonton televisi ternyata dapat memengaruhi tingkat kesehatan saat dewasa nanti.
Sebuah penelitian di New Zealand menunjukkan bahwa durasi menonton televisi saat masa kanak-kanak dan remaja di usia 5-15 tahun ternyata berkaitan dengan kondisi kesehatan saat berusia 45 tahun. Hasil penelitian ini menemukan adanya kaitan antara kebiasaan menonton televisi pada anak-anak dan remaja dengan peningkatan risiko sindrom metabolik pada usia 45 tahun nantinya. Kondisi sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, dan gangguan kesehatan lainnya.
Kebiasaan menonton televisi saat masa kanak-kanak dan remaja ini juga berkaitan dengan indeks massa tubuh (salah satu indikator kondisi berat badan) yang lebih tinggi saat dewasa nanti. Selain itu, kebiasaan menonton televisi ini juga berkaitan dengan tingkat cardiorespiratory fitness yang lebih rendah. Cardiorespiratory fitness adalah salah satu parameter tingkat kebugaran yang terkait kemampuan jantung dan paru-paru dalam menyuplai oksigen ke otot yang diperlukan untuk pembakaran energi saat beraktivitas. Terdapat data yang menunjukkan bahwa kondisi cardiorespiratory fitness yang rendah dapat menjadi salah satu prediktor penyakit kardiovaskular.
Batasi menonton televisi pada anak dan remaja karena meningkatkan risiko penyakit sindrom metabolik serta memengaruhi tingkat kebugaran dan berat badan saat dewasa. Selain itu, ajak anak dan remaja agar makan lebih sehat, aktif bergerak dan rutin berolahraga, serta cukup tidur setiap hari.
Rekomendasi aktivitas fisik untuk anak-anak dan remaja adalah minimal 60 menit per hari. Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak dan remaja Indonesia memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang, yaitu 58% anak kelompok usia 10-14 tahun dan 50,4% anak kelompok usia 15-19 tahun masih memiliki tingkat aktivitas fisik kurang.
Selipkan aktivitas fisik untuk anak-anak dan remaja dalam kegiatan sehari-hari atau permainan agar terasa lebih menyenangkan. Biarkan mereka memilih aktivitas yang disukai agar bisa dilakukan secara kontinu, misal bermain basket bersama teman, bersepeda bersama keluarga, atau bermain menjelajahi sekitar taman.
Dan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi harian anak, coba susu HiLo School dan HiLo Teen. Susu HiLo School dan HiLo Teen merupakan susu sumber protein, tinggi kalsium, dan lebih rendah lemak yang mengandung omega-3 untuk perkembangan kognitif serta dilengkapi dengan 12 vitamin dan 6 mineral untuk jaga daya tahan tubuh dan dukung semangat aktif setiap hari. Dengan rasa yang enak, susu HiLo School dan HiLo Teen tentunya menjadi kesukaan untuk membangun pola hidup sehat dan mendukung pertumbuhan anak dan remaja dengan optimal. Pilih HiLo School dan HiLo Teen karena masa depan hebatnya mulai dari sekarang!
References:
- Pediatrics (2023) DOI:10.1542/peds.2022-060768
- Circulation (2020) doi: 10.1161/CIR.0000000000000866
- Survei Kesehatan Indonesia 2023